Jumat, 25 Juni 2010

Rasul

Rasul adalah mabuk tanpa anggur:
Rasul adalah kenyang tanpa makanan.
Rasul adalah terpesona, takjub:
Rasul adalah tidak makan maupun tidur
Rasul adalah raja di balik jubah kasar:
Rasul adalah harta benda dalam reruntuhan.
Rasul adalah bukan dari angin dan bumi:
Rasul adalah bukan dari api dan air.
Rasul adalah laut tanpa pantai:
Rasul adalah hujan mutiara tanpa menalang.
Rasul adalah memiliki ratusan bulan dan langit:
Rasul adalah memiliki ratusan cahaya matahari.
Rasul adalah bijaksana melalui Kebenaran:
Rasul adalah bukan sarjana karena buku.
Rasul adalah melebihi keyakinan dan kesangsian:
Karena Rasul apakah ada ‘dosa’ atau ‘kebaikan’?
Rasul berangkat dari Ketiadaan:
Rasul telah tiba, benar-benar berangkat.
Rasul adalah, Tersembunyi, Wahai Syamsuddin!
Carilah, dan temukan – Rasul!

Simbolisme Sufi

Pelukan dan ciuman adalah pesona-pesona cinta.
Tidur adalah kontemplasi,
Parfum adalah harapan untuk berkah Ilahi.
Penyembah berhala berarti manusia dengan keyakinan murni, bukan kaum kafir.
Anggur, yang dilarang oleh Nabi Muhammad kepada pengikutnya, digunakan sebagai sebuah symbol-kata oleh kaum Sufi untuk menunjuk pengetahuan spiritual, dan
Penjual anggur berarti seorang pemandu spiritual.
Sebuah Kedai minum adalah tempat dimana anggur cinta Ilahi memabukkan para musafir.
Kemabukan berarti ekstase religius, Keriangan adalah kesenangan dalam cinta Sang Khaliq.
Keindahan berarti keagungan Sang Kekasih.
Rambut ikal dan Rambut berarti kemurnian yang menyelubungi wajah Kesatuan dari para pecinta-Nya.
Pipi berarti esensi nama-nama dan sifat-sifat Ilahi. Bulu halus adalah dunia ruh-ruh suci yang paling dekat dengan Ketuhanan. Tahi lalat pada pipi adalah titik Kesatuan yang tak bisa dibagi.
Obor adalah cahaya yang terpancar dalam hati oleh Sang Kekasih.

Lihat hanya Satu,
katakan hanya Satu,
kenal hanya Satu.

Terang Benderang

Kuingin dadaku terbelah oleh perpisahan
Agar bisa kuungkapkan derita kerinduan cinta
Setiap orang yang jauh dari sumbernya
Ingin kembali bersatu dengannya seperti semula

Kuingin dadaku terbelah oleh perpisahan
Agar bisa kuungkapkan derita kerinduan cinta
Setiap orang yang jauh dari sumbernya
Ingin kembali bersatu dengannya seperti semula.

Mencinta adalah mencapai Tuhan
Takkan pernah lagi dada seorang Pencinta merasakan kesedihan
Takkan pernah lagi jubah seorang Pencinta tersentuh kematian
Takkan pernah lagi jazad seorang Pencinta ditemukan terkubur di tanah
Mencinta adalah mencapai Tuhan

jangan tanya apa agamaku. aku bukan yahudi. bukan zoroaster. bukan pula islam. karena aku tahu, begitu suatu nama kusebut, kau akan memberikan arti yang lain daripada makna yang hidup di hatiku.

Kenapa aku harus mencari?
Aku sama dengannya
Jiwanya berbicara kepadaku
Yang kucari adalah diriku sendiri!

“Wahai kegilaan yang membuai, Kasih !
Engkau Tabib semua penyakit kami !
Engkau penyembuh harga diri,
Engkau Plato dan Galen kami !

Aku adalah kehidupan dari yang kucintai
Apa yang dapat kulakukan hai orang-orang Muslim ?
Aku sendiri tidak tahu.
Aku bukan orang kristen, bukan orang Yahudi, bukan orang Magi, bukan orang Mosul,
Bukan dari Timur, bukan dari barat, bukan dari darat, bukan dari laut,
Bukan dari tambang Alama, bukan dari langit yang melingkar,
Bukan dari bumi, bukan dari air, bukan dari udara, bukan dari api,
Bukan dari singgasana, bukan dari tanah, dari eksistensi, dari ada,
Bukan dari India, Cina, Bulgaria, Saqsee,
Bukan dari kerajaan-kerajaan Irak dan Kurasan,
Bukan dari dunia ini atau yang berikutnya; dari syurga atau neraka,
Bukan dari Adam, Hawa, taman-taman syurgawi, atau firdausi,
Tempatku tanpa tempat, jejakku tanpa jejak,
Bukan raga atau jiwa; semua adalah kehidupan dari yang kucintai.

Lewat Cintalah semua yang pahit akan jadi manis,
Lewat cintalah semua yang tembaga akan jadi emas,
Lewat cintalah semua endapan akan jadi anggur murni,
Lewat cintalah semua kesedihan akan jadi obat,
Lewat cintalah si mati akan jadi hidup,
Lewat cintalah Raja jadi budak.

Warna Agama

“Chinese Art and Greek Art”

Rasul pernah berkata, “Ada orang-orang yang melihatku
di dalam cahaya yang sama seperti aku melihat mereka.
Kami adalah satu.
Walau tak terhubung oleh tali apapun,
walau tak menghafal buku dan kebiasaan,
kami meminum air kehidupan bersama-sama.”
Inilah sebuah kisah
tentang misteri yang tersimpan:

Sekelompok Tiongkok mengajak sekelompok Yunani
bertengkar tentang siapa dari mereka
adalah pelukis yang terhebat.
Lalu raja berkata, “Kita buktikan ini dengan debat.”
Tiongkok memulai perdebatan.
Tapi Yunani hanya diam, mereka tak suka perdebatan.
Tiongkok lalu meminta dua ruangan
untuk membuktikan kehebatan lukisan mereka,
dua ruang yang saling menghadap
terpisah hanya oleh tirai.
Tiongkok meminta pada raja
beberapa ratus warna lagi, dengan segala jenisnya.
Maka setiap pagi, mereka pergi
ke tempat penyimpanan pewarna kain
dan mengambil semua yang ada.
Yunani tidak menggunakan warna,
“warna bukanlah lukisan kami.”
Masuklah mereka ke ruangannya
lalu mulai membersihkan dan menggosok dindingnya.
Setiap hari, setiap saat, mereka membuat
dinding-dindingnya lebih bersih lagi,
seperti bersihnya langit yang terbuka.

Ada sebuah jalan yang membawa semua warna
menjadi ‘warna tak lagi ada’. Ketahuilah,
seindah-indahnya berbagai jenis warna
di awan dan langit, semua berasal dari
sempurnanya kesederhanaan matahari dan bulan.
Tiongkok telah selesai, dan mereka sangat bangga
tambur ditabuh dalam kesenangan
dengan selesainya lukisan agung mereka.
Waktu raja memasuki ruangan, terpana dia
karena keindahan warna dan seluk-beluknya.
Lalu Yunani menarik tirai yang memisahkan ruangan mereka.
Dan tampaklah bayangan lukisan Tiongkok dan semua pelukisnya
berkilauan terpantul pada dindingnya yang kini bagaikan cermin bening,
seakan mereka hidup di dalam dinding itu.
Bahkan lebih indah lagi, karena
tampaknya mereka selalu berubah warna.
Seni lukis Yunani itulah jalan sufi.
Jangan hanya mempelajarinya dari buku.
Mereka membuat cintanya bening, dan lebih bening.
Tanpa hasrat, tanpa amarah. Dalam kebeningan itu
mereka menerima dan memantulkan kembali
lukisan dari setiap potong waktu,
dari dunia ini, dari gemintang, dari tirai penghalang.
Mereka mengambil jalan itu ke dalam dirinya,
sebagaimana mereka melihat
melalui beningnya Cahaya
yang juga sedang melihat mereka semua.

Apa Yang MEsti Ku Lakukan

Apa yang mesti kulakukan, O Muslim? Aku tak mengenal didiku sendiri
Aku bukan Kristen, bukan Yahudi, bukan Gabar, bukan Muslim
Aku bukan dari Timur, bukan dari Barat, bukan dari darat, bukan dari laut,
Aku bukan dari alam, bukan dari langit berputar,
Aku bukan dari tanah, bukan dari air, bukan dari udara, bukan dari api,
Aku bukan dari cahaya, bukan dari debu, bukan dari wujud dan bukan dari hal
Aku bukan dari India, bukan dari Cina, bukan dari Bulgaria, bukan dari Saqsin,
Aku bukan dari Kerajaan Iraq, bukan dari negeri Korazan.
Aku bukan dari dunia ini ataupun dari akhirat, bukan dari Syurga ataupun Neraka
Aku bukan dari Adam, bukan dari Hawa, bukan dari Firdaus bukan dari Rizwan
Tempatku adalah Tanpa tempat, jejakku adalah tak berjejak
Ini bukan raga dan jiwa, sebab aku milik jiwa Kekasih
Telah ku buang anggapan ganda, kulihat dua dunia ini esa
Esa yang kucari, Esa yang kutahu, Esa yang kulihat, Esa yang ku panggil
Ia yang pertama, Ia yang terakhir, Ia yang lahir, Ia yang bathin
Tidak ada yang kuketahui kecuali :Ya Hu” dan “Ya man Hu”
Aku mabuk oleh piala Cinta, dua dunia lewat tanpa kutahu
Aku tak berbuat apa pun kecuali mabuk gila-gilaan
Kalau sekali saja aku seminit tanpa kau,
Saat itu aku pasti menyesali hidupku
Jika sekali di dunia ini aku pernah sejenak senyum,
Aku akan merambah dua dunia, aku akan menari jaya sepanjang masa.
O Syamsi Tabrizi, aku begitu mabok di dunia ini,
Tak ada yang bisa kukisahkan lagi, kecuali tentang mabuk dan gila-gilaan.

Tanpa 'CINTA' Segalanya tak Bernilai

Jika engkau bukan seorang pencinta, maka jangan pandang hidupmu adalah hidup. Sebab tanpa Cinta, segala perbuatan tidak akan dihitung pada Hari Perhitungan nanti. Setiap waktu yang berlalu tanpa Cinta, akan menjelma menjadi wajah yang memalukan dihadapanNya.
Burung-burung Kesedaran telah turun dari langit dan terikat pada bumi sepanjang dua atau tiga hari. Mereka merupakan bintang-bintang di langit agama yang dikirim dari langit ke bumi. Demikian pentingnya Penyatuan dengan Allah dan betapa menderitanya Keterpisahan denganNya.
Wahai angin, buatlah tarian ranting-ranting dalam zikir hari yang kau gerakkan dari Persatuan. Lihatlah pepohonan ini ! Semuanya gembira bagaikan sekumpulan kebahagiaan. Tetapi wahai bunga ungu, mengapakah engkau larut dalam kepedihan ? Sang lili berbisik pada kuncup : “Matamu yang menguncup akan segera mekar. Sebab engkau telah merasakan bagaimana Nikmatnya Kebaikan.”
Di manapun, jalan untuk mencapai Kesucian Hati adalah melalui Kerendahan Hati. Hingga dia akan sampai pada jawaban “YA” dalam pertanyaan : “Bukankah Aku ini Rabbmu ?”
Bahagia sejenak
kamu dan aku duduk di serambi
kita dua, tapi satu roh, kamu dan aku
kita rasa aliran air kehidupan di sini
kamu dan aku dengan keindahan taman
dan burungburung bernyanyi
bintangbintang menatap kita
dan kita menanyakan mereka
‘gimana mau menjadi bulan sabit kecil
kamu dan aku bukan diri, bakal menyatu
takberasingan, betapa spekulasi kamu dan aku.
tiong syorgawi bakal retakkan gula
waktu kita tertawa bersama, kamu dan aku
dalam satu bentuk di muka bumi ini
dan dalam bentuk lain di bumi manis
di kebebasan waktu yang tak tecatat

Siapa di Pintuku

Katanya, “siapa di pintuku?”
Jawabku,”hamba-Mu yang lata,”
Katanya, “urusan apa yang kamu punya?”
Jawabku, ” ‘tuk mencumbu-Mu ya Rabb,”
Katanya,”berapa lama bakal kau kembara?”
Jawabku,”sampai Kau cegat daku,”
Katanya,”berapa lama kau didihkan di api?”
Jawabku, “sampai diriku murni,”
“Inilah sumpah cintaku
Demi Cinta semata
Kutinggalkan harta dan kuasa.”
Katanya, “kamu buktikan kasusmu
Tapi, kamu takpunya saksi,”
Kataku,”Tangisku, saksiku
wajah pasiku, saksiku,”
Katanya, saksimu takpunya sahsiah
matamu membasah ‘tuk dilihat.”
Jawabku,”atas kerahiman, adil-Mu
Mataku cerah dan tanpa salah,”
Katanya,”Apa yang kaucari?”
Jawabku, “Kamu! ‘tuk jadi rekan dampinganku,”
Katanya, “apa yang kamu mau dariku,”
Jawabku,”Kemuliaan, kemesraanmu,”
Katanya,”Siapa teman sekembaramu?”
Jawabku,”Ingatan kepada-Mu, O Sang Raja,”
Katanya, “Apa yang membuatmu ke mari?”
Jawabku,”Kelezatan anggur-Mu,”
Katanya, “Apa yang membuatmu puas?”
Jawabku, “Dampingan-Mu Sang Maharaja”
Katanya,”Apa yang kamu temui di sini?”
Jawabku, “Seratus keajaiban,”
Katanya,”Mengapa istana ditinggal porakperanda?”
Jawabku,”Mereka takutkan perampok,”
Katanya, “Siapa perampok itu?”
jawabku,” Seseorang yang lari dari-Mu,”
Katanya,”Tidak adakah keselamatan di situ?”
Jawabku,”Dengan hadirnya Cinta-Mu,”
Katanya,” Apa faedah yang kamu terima dari kehidupan?”
Jawabku,”Dengan jujur kepada diriku,”
Kini masa untuk menyepi.
Kalau kukatakan padamu tentang intisari sebenarnya
Kau bakal terbang, dirimu akan sirna
Dan tiada pintu, tiada bumbung dapat menarikmu kembali.

Cinta

CINTA yang dibangkitkan
oleh khayalan yang salah
dan tidak pada tempatnya
bisa saja menghantarkannya
pada keadaan ekstasi.
Kau sudah banyak menderita
Tetapi kau masih terbalut tirai’
Karena kematian adalah pokok segala
Dan kau belum memenuhinya
Deritamu tak kan habis sebelum kau ‘Mati’
Kau tak kan meraih atap tanpa menyelesaikan anak tangga
Ketika dua dari seratus anak tangga hilang
Kau terlarang menginjak atap
Bila tali kehilangan satu elo dari seratus
Kau tak kan mampu memasukkan air sumur ke dalam timba
Hai Amir, kau tak kan dapat menghancurkan perahu
Sebelum kau letakan “mann” terakhir…
Perahu yang sudah hancur berpuing-puing
Akan menjadi matahari di Lazuardi
Karena kau belum ‘Mati’,
Maka deritamu berkepanjangan
Hai Lilin dari Tiraz, padamkan dirimu di waktu fajar
Ketahuilah mentari dunia akan tersembunyi
Sebelum gemintang bersembunyi
Arahkan tombakmu pada dirimu
Lalu ‘Hancurkan’lah dirimu
Karena mata jasadmu seperti kapas di telingamu…
Wahai mereka yang memiliki ketulusan…
Jika ingin terbuka ‘tirai’
Pilihlah ‘Kematian’ dan sobekkan ‘tirai’
Bukanlah karena ‘Kematian’ itu kau akan masuk ke kuburan
Akan tetapi karena ‘Kematian’ adalah Perubahan
Untuk masuk ke dalam Cahaya…
Ketika manusia menjadi dewasa, matilah masa kecilnya
Ketika menjadi Rumi, lepaslah celupan Habsyi-nya
Ketika tanah menjadi emas, tak tersisa lagi tembikar
Ketika derita menjadi bahagia, tak tersisa lagi duri nestapa…

Pengawas dan Pemabuk

Kata pemabuk
hai pengawas
tinggalkan daku
pergi jauh
siapa kan bias
merebut gadaian
dari si dia tak berpakaian

Kiranya aku kuat
pasti kutuju rumahku
bagaimana ini
terjadi?

Andainya kupunya
akal dan wujud mungkin
aku di bangku
laksana syeikh.

Karena Cinta

Kerana cinta duri menjadi mawar
kerana cinta cuka menjelma anggur segar
Kerana cinta keuntungan menjadi mahkota penawar
Kerana cinta kemalangan menjelma keberuntungan
Kerana cinta rumah penjara tampak bagaikan kedai mawar
Kerana cinta tompokan debu kelihatan seperti taman
Kerana cinta api yang berkobar-kobar
jadi cahaya yang menyenangkan
Kerana cinta syaitan berubah menjadi bidadari
Kerana cinta batu yang keras
menjadi lembut bagaikan mentega
Kerana cinta duka menjadi riang gembira
Kerana cinta hantu berubah menjadi malaikat
Kerana cinta singa tak menakutkan seperti tikus
Kerana cinta sakit jadi sihat
Kerana cinta amarah berubah
menjadi keramah-ramahan

Aku Adalah Kehidupan Kekasihku

Apa yang dapat aku lakukan, wahai umat Muslim?
Aku tidak mengetahui diriku sendiri.
Aku bukan Kristen, bukan Yahudi,
bukan Majusi, bukan Islam.
Bukan dari Timur, maupun Barat.
Bukan dari darat, maupun laut.
Bukan dari Sumber Alam,
Bukan dari surga yang berputar,
Bukan dari bumi, air, udara, maupun api;
Bukan dari singgasana, penjara, eksistensi, maupun makhluk;
Bukan dari India, Cina, Bulgaria, Saqseen;
Bukan dari kerajaan Iraq, maupun Khurasan;
Bukan dari dunia kini atau akan datang:
surga atau neraka;
Bukan dari Adam, Hawa,
taman Surgawi atau Firdaus;
Tempatku tidak bertempat,
jejakku tidak berjejak.
Baik raga maupun jiwaku: semuanya
adalah kehidupan Kekasihku ...

Empat Laki-laki dan Penerjemah

Empat orang diberi sekeping uang.
Pertama adalah orang Persia, ia berkata, "Aku akan membeli anggur."
Kedua adalah orang Arab, ia berkata, "Tidak, karena aku ingin inab."
Ketiga adalah orang Turki, ia berkata, "Aku tidak ingin inab, aku ingin uzum."
Keempat adalah orang Yunani, ia berkata, "Aku ingin stafil."
Karena mereka tidak tahu arti nama-nama tersebut, mereka mulai bertengkar.
Mereka memang sudah mendapat informasi, tetapi tanpa pengetahuan.
Orang bijak yang memperhatikan mereka berkata,
"Aku tidak dapat memenuhi semua keinginan kalian,
hanya dengan sekeping uang yang sama.
Jika kalian jujur percayalah kepadaku, sekeping uang kalian akan menjadi empat;
dan keempatnya akan menjadi satu."
Mereka pun tahu bahwa sebenarnya keempatnya dalam bahasa masing-masing, menginginkan benda yang sama, buah anggur.

Kembali Pada Tuhan

Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka,
maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan.Begitulah caranya!
Jika engkau hanya mampu merangkak,
maka merangkaklah kepadaNya!Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,
maka tetaplah persembahkan doamu
yang kering, munafik dan tanpa keyakinan;
kerana Tuhan, dengan rahmatNya
akan tetap menerima mata wang palsumu!Jika engkau masih mempunyai
seratus keraguan mengenai Tuhan,
maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja.Begitulah caranya!Wahai pejalan!
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji,
ayuhlah datang, dan datanglah lagi!Kerana Tuhan telah berfirman:
“Ketika engkau melambung ke angkasa
ataupun terpuruk ke dalam jurang,
ingatlah kepadaKu, kerana Akulah jalan itu.”

'MATI' Sebelum Engkau Mati

Kau sudah banyak menderita
Tetapi kau masih terbalut tirai’
Karena kematian adalah pokok segala
Dan kau belum memenuhinya
Deritamu tak kan habis sebelum kau ‘Mati’
Kau tak kan meraih atap tanpa menyelesaikan anak tangga
Ketika dua dari seratus anak tangga hilang
Kau terlarang menginjak atap
Bila tali kehilangan satu elo dari seratus
Kau tak kan mampu memasukkan air sumur ke dalam timba
Hai Amir, kau tak kan dapat menghancurkan perahu
Sebelum kau letakan “mann” terakhir…Perahu yang sudah hancur berpuing-puing
Akan menjadi matahari di Lazuardi
Karena kau belum ‘Mati’,
Maka deritamu berkepanjangan
Hai Lilin dari Tiraz, padamkan dirimu di waktu fajar
Ketahuilah mentari dunia akan tersembunyi
Sebelum gemintang bersembunyi
Arahkan tombakmu pada dirimu
Lalu ‘Hancurkan’lah dirimu
Karena mata jasadmu seperti kapas di telingamu…Wahai mereka yang memiliki ketulusan…
Jika ingin terbuka ‘tirai’
Pilihlah ‘Kematian’ dan sobekkan ‘tirai’
Bukanlah karena ‘Kematian’ itu kau akan masuk ke kuburan
Akan tetapi karena ‘Kematian’ adalah Perubahan
Untuk masuk ke dalam Cahaya…
Ketika manusia menjadi dewasa, matilah masa kecilnya
Ketika menjadi Rumi, lepaslah celupan Habsyi-nya
Ketika tanah menjadi emas, tak tersisa lagi tembikar
Ketika derita menjadi bahagia, tak tersisa lagi duri nestapa…

Menyatu Dalam Cinta

Berpisah dari Layla, Majnun jatuh sakit. Badan semakin lemah, sementara suhu badan semakin tinggi.Para tabib menyarankan bedah, “Sebagian darah dia harus dikeluarkan, sehinggu suhu badan menurun.”Majnun menolak, “Jangan, jangan melakukan bedah terhadap saya.”Para tabib pun bingung, “Kamu takut? padahal selama ini kamu masuk-keluar hutan seorang diri. Tidak takut menjadi mangsa macan, tuyul atau binatang buas lainnya. Lalu kenapa takut sama pisau bedah?”“Tidak, bukan pisau bedah itu yang kutakuti,” jawab Majnun.“Lalu, apa yang kau takuti?”“Jangan-jangan pisau bedah itu menyakiti Layla.”“Menyakiti Layla? Mana bisa? Yangn dibedah badanmu.”“Justru itu. Layla berada di dalam setiap bagian tubuhku. Mereka yang berjiwa cerah tak akan melihat perbedaan antara aku dan Layla.”

Tindakan dan Kata-kata

Aku memberi orang-orang
apa yang mereka inginkan.
Aku membawakan sajak karena mereka
menyukainya sebagai hiburan.
Di negaraku, orang tidak menyukai puisi.
Sudah lama aku mencari orang yang
menginginkan tindakan, tetapi
mereka semua ingin kata-kata.
Aku siap menunjukkan tindakan pada kalian;
tetapi tidak seorang pun akan menyikapinya.
Maka aku hadirkan padamu — kata-kata.
Ketidakpedulian yang bodoh
akhirnya membahayakan,
Bagaimanapun hatinya satu denganmu.

Kau Dan Aku

Nikmati waktu selagi kita duduk di punjung,
Kau dan Aku;
Dalam dua bentuk dan dua wajah — dengan satu jiwa,
Kau dan Aku.
Warna-warni taman dan nyanyian burung memberi obat keabadian
Seketika kita menuju ke kebun buah-buahan, Kau dan Aku.
Bintang-bintang Surga keluar memandang kita –
Kita akan menunjukkan Bulan pada mereka, Kau dan Aku.
Kau dan Aku, dengan tiada ‘Kau’ atau ‘Aku’,
akan menjadi satu melalui rasa kita;
Bahagia, aman dari omong-kosong, Kau dan Aku.
Burung nuri yang ceria dari surga akan iri pada kita –
Ketika kita akan tertawa sedemikian rupa; Kau dan Aku.
Ini aneh, bahwa Kau dan Aku, di sudut sini …
Keduanya dalam satu nafas di Iraq, dan di Khurasan –
Kau dan Aku.

Akan Jadi apa Diriku ?

Aku terus dan terus tumbuh seperti rumput;
Aku telah alami tujuh ratus dan tujuh puluh bentuk.
Aku mati dari mineral dan menjadi sayur-sayuran;
Dan dari sayuran Aku mati dan menjadi binatang.
Aku mati dari kebinatangan menjadi manusia.
Maka mengapa takut hilang melalui kematian?
Kelak aku akan mati
Membawa sayap dan bulu seperti malaikat:
Kemudian melambung lebih tinggi dari malaikat –
Apa yang tidak dapat kau bayangkan.
Aku akan menjadi itu.

Kerja

Kerja bukan seperti yang difikirkan orang.
Bukan sekadar sesuatu yang
jika sedang berlangsung, kau
dapat melihatnya dari luar.
Seberapa lama kita, di Bumi-dunia,
seperti anak-anak
Memenuhi lintasan kita dengan debu dan batu dan serpihan-serpihan?
Mari kita tinggalkan dunia
dan terbang ke surga,
Mari kita tinggalkan keanak-anakan
dan menuju ke kelompok Manusia.

Tuhan Hadir Dalam Setiap Gerak

Tuhan berada dimana-mana.

Ia juga hadir dalam tiap gerak.

Namun Tuhan tidak bisa ditunjuk dengan ini dan itu.

Sebab wajah-Nya terpantul dalam keseluruhan ruang.

Walaupun sebenarnya Tuhan itu mengatasi ruang.

Memahami Makna

Seperti bentuk dalam sebuah cermin, kuikuti Wajah itu.

Tuhan menampakkan dan menyembunyikan sifat-sifat-Nya.

Tatkala Tuhan tertawa, maka akupun tertawa.

Dan manakala Tuhan gelisah, maka gelisahlah aku.

Maka katakana tentang Diri-Mu, ya Tuhan.

Agar segala makna terpahami, sebab mutiara-mutiara

makna yang telah aku rentangkan di atas kalung pembicaraan

berasal dari Lautan-Mu.

Hati Bersih Melihat Tuhan

Setiap orang melihat Yang Tak Terlihat

dalam persemayaman hatinya.

Dan penglihatan itu bergantung pada seberapakah

ia menggosok hati tersebut.

Bagi siapa yang menggosoknya hingga kilap,

maka bentuk-bentuk Yang Tak Terlihat

semakin nyata baginya.

puasa Membakar Hijab

Rasa manis yang tersembunyi,

Ditemukan di dalam perut yang kosong ini!

Ketika perut kecapi telah terisi,

ia tidak dapat berdendang,

Baik dengan nada rendah ataupun tinggi.

Jika otak dan perutmu terbakar karena puasa,

Api mereka akan terus mengeluarkan ratapan dari dalam dadamu.

Melalui api itu, setiap waktu kau akan membakar seratus hijab.

Dan kau akan mendaki seribu derajat di atas jalan serta dalam hasratmu.

Pernyataan Cinta

Bila tak kunyatakan keindahan-Mu dalam
kata
Kusimpan kasih-Mu dalam dada
Bila kucium harum mawar tanpa cinta-Mu
Segera saja bagai duri bakarlah aku.
Meskipun aku tenang, diam bagai ikan
Tapi aku gelisah pula bagai ombak dalam
lautan
Kau yang telah menutup rapat dalam bibirku
Tariklah misaiku dalam dekat-Mu.
Apakah maksud-Mu?
Mana aku tahu?
Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam
iringan ini selalu.
Kukunyah lagi menahan kepedihan
Mengenangmu bagai unta memamah biak
makanan
Dan bagai unta yang geram mulutku
berbusa.
Meskipun aku tinggal bersembunyi dan tidak
bicara
Di hadirat kasih aku jelas dan nyata.
Aku bagai benih di bawah tanah
Aku menanti tiada musim semi.
Hingga tanpa napasku sendiri
Aku dapat bernapas wangi
Dan tanpa kepalaku sendiri
Aku dapat membelai kepala lagi.
[membujuk yang tercinta)

Rahasia kegilaan adalah sumber akal.
Seorang dewasa gila karena cinta.
Ia yang bersama Hatinya seribu kali lebih
kuat dari dirinya sendiri

Mati tanpa cinta adalah kematian yang
terburuk dari segala kematian.
Tahukah mengapa tiram bergetar?
Tentu karena mutiara

Cinta Tuhan terangi hati dan jadikan para
pecinta terjaga sepanjang malam.
Wahai kawan, jika kau seorang pecinta
jadilah seperti lilin.
Larut di sepanjang malam, membara hingga
pagi datang!
Dia bagai cuaca beku di musim panas,
bukanlah seorang pecinta. Di tengah
musim panas, hati seorang pecinta
membakar musim gugur.
Wahai kawan, jika kau pendam cinta yang
ingin kau nyatakan teriaklah seperti
seorang pecinta! Tapi jika kau
terbelenggu nafsu, jangan nyatakan
sesuatu pada cinta.

Pilihlah cinta.
Ya cinta!
Tanpa manisnya cinta, hidup ini adalah
beban.
Tentu engkau telah merasakannya.

Para Pecinta

Kepala-Mu pening karena aku.
Pukullah aku kalau begitu
Kau tahu aku tak ingin hidup tanpa diri-Mu
Bagiku lebih baik mati daripada pengusiran
ini
Demi Allah
yang membangkitkan kembali orang-orang
mati.
Sama sekali tak mungkin percaya aku
Bahwa Kau berpaling dari hamba-Mu
Selalu kukatakan ucapan yang dilontarkan
musuh-musuhku
Hanya rekaan dusta semata.
Kau jiwaku dan tanpa jiwaku
Bagaimana mesti hidup aku
Kau mataku tanpa Kau
Aku tak punya mata untuk melihat sesuatu.

Cinta Adalah..

Inilah Cinta: Terbang tinggi ke langit
Setiap saat mencampakkan ratusan hijab
Pertama kali menyangkal hidup (zuhud),
Pada akhirnya (jiwa) berjalan tanpa kaki (tubuh)
Cinta memandang dunia telah raib
Dan tak mempedulikan yang nampak di mata

Ia memandang jauh ke sebalik dunia bentuk-bentuk
Menembus hakikat segala sesuatu

Jalaluddin Rumi dari Berbagai Sumber

Cinta Sejati

Apa yang mesti kulakukan o Muslim? Kerana aku tak mengenal diriku.
Aku bukan Kristian, Yahudi, Majusi dan bukan pula Muslim.
Aku tak berasal dari Timur atau Barat, tidak dari darat atau lautan.
Aku tidak dari alam, atau angkasa biru yang berputar-putar.
Aku tidak dari tanah, air, udara atau api.
Tidak dari bintang zuhra atau debu, tidak dari kewujudan dan wujud.
Aku tidak berasal dari India, China, Bulgar atau Saqsin.
Tidak dari kerajaan Iraq atau Khurasan.
Aku tidak berasal dari dunia ini, tidak dari alam akhirat,
Tidak pula dari syurga atau neraka;
Tidak daripada Adam dan Hawa, atau Taman Eden dan Malaikat Ridwan
Tempatku tidak bertempat, jejakku tidak berjejak.
Aku bukan milik tubuh dan jiwa, aku milik jiwa Kekasih.
Kubuang dualitas, kupandang dua alam satu semata;
Satu sahaja yang kucari, Satu yang kukenal, kulihat dan kuseru
Dialah Yang awal dan yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin.

Inilah Cinta: Terbang tinggi ke langit…

Sekarang kulihat kekasih jiwaku,
mutiara segala ciptaan,
terbang ke langit bagaikan roh Mustafa;

Matahari malu melihat wajahnya,
di angkasa cuaca kelam kabut bagaikan hati;
Cahayanya membuat air dan lumpur lebih terang daripada api.

Kataku,
“Mana tangganya untuk tempat naik, tunjukkan! Aku ingin juga terbang ke langit!”

Ia menjawab,
“Tangga tempatmu naik ialah kepalamu, sujudkan kepalamu di bawah telapak kakimu!”

Apabila kau jejakkan kakimu di atas kepalamu, maka kakimu akan mengendarari bintang-bintang!
Apabila kau ingin mengarung angkasa luas, angkatlah kakimu ke langit, mari naik!
Di hadapanmu terbentang seratus jalan menuju langit, setiap subuh kau terbang tinggi ke langit seperti seuntai doa.

Karya : Jalaluddin Rumi

Penyucian Diri

Dalam salat malam,
tatkala matahari terbenam,
jalan panca indera tertutup dan jalan menuju yang Gaib terbuka luas;
Kemudian malaikat penjaga tidur tiba menghalau roh pergi ke langit,
bagaikan penggembala menghalau burung-burung.
Dari langit setiap saat wahyu turun ke dalam kalbumu,
“Bagaikan sampah berapa lamakah usia hidupmu di atas bumi? Naiklah!”
Sesiapa yang beban jiwanya berat, pada akhirnya akan menjadi sampah.

Apabila sampah memenuhi tong, bersihkan!
Janganlah lumpur itu dibuat kewruh setiap kali,
Agar air kolammu jernih dan sampah mudah dibuang dan dukamu sembuh.

Demikian roh, bagaikan obor, asapnya lebih tebal dibanding cahayanya.
Apabila gumpalan asap lenyap, cahaya dalam rumah tak akan dipermainkan lagi.
Kau sentiasa bercermin ke dalam air keruh,
Kerana itu bukan bulan ataupun matahari kau lihat
Apabila kegelapan menutup langit, matahari dan bulan tak nampak.
Angin utara bertiup, udara segar.

Untuk membawa udara segar angin sepoi bertiup pada waktu subuh.
Angin roh bertiup membuat segar dada yang sesak disebabkan derita.
Nafas ringan terhela dan jiwa rasa hampa.

Di bumi roh ialah pengembara asing, negeri tanpa ruang itulah yang ia rindukan,
Mengapa nafsu amarah sentiasa gelisah?
Roh suci, berapa lamakah kau akan mengembara di bumi?
Kau elang raja, terbanglah kembali kepada siul Baginda!

Judul Ilustrasi by Fadlie
Puisi by Jalaluddin Rumi

Cinta Maha Dahsyat

Kerana cinta duri menjadi mawar
Kerana cinta cuka menjelma anggur segar
Kerana cinta pentungan menjadi mahkota penawar
Kerana cinta kemalangan menjadi keberuntungan
Kerana cinta rumah penjara nampak bagaikan kedai mawar
Kerana cinta timbunan debu kelihatan sebagai taman
Kerana cinta api berkobar menjadi cahaya menyenangkan
Kerana cinta Saytan berubah menjadi bidadari
Kerana cinta batu keras menjadi lembut bagaikan mentega
Kerana cinta duka menjadi riang gembira
Kerana cinta hantu berubah menjadi malaikat
Kerana cinta singa tidak menakutkan bagaikan tikus
Kerana cinta sakit menjadi sihat
Kerana cinta amarah berubah menjadi keramah-tamahan

Jalan Cinta Yang Utama

. Pencinta punya pelindung dalam pembuluh darahnya,
Pencinta sibuk membicarakan Cinta yang tak dapat dibandingkan.
Kata Akal, “Rukun iman yang lima perkara sudah mencukupi, tiada lagi jalan”
Cinta menjawab, “Ada sebuah jalan, berulang kali aku melaluinya!”
Akal melihat pasar, kemudian mulai berjualan
Cinta melihat ada banyak pasar di sebalik pasar akal.
Banyak al-Hallaj mereka temui di sana, mereka meyakini jiwa cinta
Dan menolak mimbar seraya memilih tiang gantungan
Pencinta yang faqir memiliki penglihatan hati penuh pesona
Orang yang hanga mengandailkan pada akal, hatinya gelap, semua disangkalnya
Akal berkata, “ Janganlah kakimu dijejakkan di situ,
Di halaman istana hanya duri yang tumbuh!”
Cinta berkata, “Duri-duri ini semuanya milik akal yang bersarang dalam dirimu!”
Waspadalah dan diam, buanglah duri kehidupan dari telapak kaki!
Supaya kau mendapat pelindung di dalam dirimu.
Shamsi Tabriz! Kaulah matahari dalam awan kata-kata;
Apabila matahari terbit, maka setiap kata pun sirna!

Judul Inspirasi oleh Admin
Sajak Jalaluddin Rumi

Hidangan Dari Langit

Bulan puasa telah tiba.
larangan raja mulai berlaku:
jauhkan tanganmu daripada makanan,
hidangan rohani telah disediakan.

Roh telah bebas dari pengasingan dirinya dan menundukkan tangan tabiat jelek;
hati yang sesat telah dikalahkan dan perajurit iman telah sampai.
Bala tentera penidur telah menyerah dan segera ditawan,
dari bara penyulut api jiwa tiba seraya meratap;

Lembu itu begitu molek,
Musa bin Imran muncul;
melaluinya si mati hidup semula apabila badannya telah melaksanakan upacara qurban;
Puasa ialah upacara qurban kita,
yang menghidupi jiwa;
mari kita qurbankan badan kita, kerana jiwa tiba sebagai tamu;

Iman yang teguh ialah awan lembut,
kearifan ialah hujan yang tercurah darinya,
kerana pada bulan iman inilah al-Qur`an diwahyukan.

Apabila nafsu badani dikawal,
roh akan mikraj ke langit;
apabila pintu penjara dirubuhkan maka jiwa akan mencapai pelukan Kekasih.

Hati telah menukar tabir gelapnya dan menggerakkan sayapnya ke angkasa;
Hati, yang menyerupai malaikat, sekali lagi tiba di tengah mereka.
Tangkaplah tali pengikat tubuhnya,
di atas perigi berteriaklah,
“Yusuf dari Kana`an telah tiba!”

Pada waktu `Isa Almasih terjatuh dari keledainya maka doanya diterima Allah;
Cucilah tanganmu, kerana Hidangan langit telah tiba;
Cucilah tangan dan mulutmu,
jangan makan atau bercakap-cakap;
carilah kata dan suapan nasi yang diturunkan untuk dia Si Diam!

Semua ibadah yang dilakukan dengan tulus dan ikhlas oleh seorang pemeluk agama yang teguh merupakan manifestasi daripada cinta.
Demikian pula halnya dengan ibadah puasa.
Sebagai ibadah, puasa pada bulan Ramadhan merupakan bentuk pengurbanan jiwa.
Sememangnya cinta menuntut pengurbanan.
Pengurbanan yang dimaksud ialah pengurbanan jiwa dan hati,
yang hanya diperuntukkan kepada-Nya.

Judul Inspirasi oleh Admin
Syair Jalaluddin Rumi

Kisah Lagu Seruling

Dengan alunan pilu seruling bambu
Sayu sendu lagunya menusuk kalbu
Sejak ia bercerai dari batang pokok rimbun
Sesaklah hatinya dipenuhi cinta dan kepiluan

Walau dekat tempatnya laguku ini
Tak seorang tahu serta mau mendengar
O kurindu kawan yang mengerti perumpamaan ini
Dan mencampur rohnya dengan rohku

Api cintalah yang membakar diriku
Anggur cintalah yang memberiku cita mengawan
Inginkah kau tahu bagaimana pencinta luka?
Dengar, dengar alunan lagu seruling bambu

Wasiat Imam Al Ghazali

1. Apa yang paling DEKAT dengan diri kita di dunia ?
2. Apa yang paling JAUH dari kita di dunia ?
3. Apa yang paling BESAR di dunia ?
4. Apa yang paling BERAT di dunia ?
5. Apa yang paling RINGAN di dunia ?
6. Apa yang paling TAJAM di dunia ?





Suatu hari, Imam Al Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al
Ghazali bertanya :

Pertama
“Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”.
Murid-muridnya menjawab : “orang tua, guru, kawan, dan sahabatnya”.
Imam Ghazali menjelaskan semua jawapan itu BENAR.
Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah MATI .
Sebab itu sememangnya janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan
mati

Firman Allah Taala yang bermaksud :”Setiap yang bernyawa akan merasai mati”(Ali Imran :185)


Kedua
“Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?”.
Murid -muridnya menjawab : “negara Cina, bulan, matahari dan bintang-bintang”.
Lalu Imam Ghazali menjelaskan bahawa semua jawaban yang mereka berikan itu
adalah BENAR. Tapi yang paling benar adalah MASA LALU.

Walau dengan cara apa sekalipun kita tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.


Ketiga,
“Apa yang paling besar di dunia ini?”.
Murid-muridnya menjawab : “gunung, bumi dan matahari”.
Semua jawaban itu BENAR kata Imam Ghazali.
Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah NAFSU .

Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.


Keempat
“Apa yang paling berat di dunia ini?”.
Ada yang menjawab : “besi dan gajah”.
Semua jawaban adalah BENAR, kata Imam Ghazali, tapi yang paling berat adalah
MEMEGANG AMANAH

Firman Allah Taala yang bermaksud : “Sesungguhnya kami telah menawarkan amanah kepada langit ,bumi dan gunung-gunung,tetapi semuanya enggan untuk memikul amanh itu dan mereka khuatir tidak dpat meleksanakannya(berat),lalu dipikullah amanah itu oleh manusia “.(Al-Ahzab : 72)
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini.
Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya.


Kelima
“Apa yang paling ringan di dunia ini?”
Ada� yang menjawab : “kapas, angin, debu dan daun-daunan”.
Semua itu BENAR kata Imam Ghazali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT.
Gara-gara pekerjaan, kita meninggalkan solat, gara-gara bermesyuarat, kita meninggalkan solat.


Dan pertanyaan Keenam adalah,
“Apakah yang paling tajam di dunia ini?”
Murid-muridnya menjawab dengan serentak : “pedang”.
BENAR, kata Imam Ghazali, tapi yang paling tajam adalah LIDAH MANUSIA .
Kerana melalui lidah, ,manusia selalu menyakiti hati dan melukai perasaan
saudaranya sendiri.


Wallahu a’lam…

PENGARUH TASAWUF DALAM SOSIAL DAN EKONOMI UMAT

Kajian Tasawuf (mistik, sufi, olah spiritual) berperan besar dalam menentukan arah dan dinamika kehidupan masyarakat. Kehadirannya meski sering menimbulkan kontroversi, namun kenyataan menunjukkan bahwa tasawuf memiliki pengaruh tersendiri dan layak diperhitungkan dalam upaya menuntaskan problem-problem kehidupan sosial dan ekonomi yang senantiasa berkembang mengikuti gerak dinamikanya, karena tasawuf adalah jantung dari ajaran Islam, tampa tasawuf Islam akan kehilangan ruh ajaran aslinya. Tasawuf akan membimbing seseorang dalam mengarungi kehidupan ini yang memang tidak bisa terlepas dari realitas yang tampak maupun yang tidak tampak, Untuk menjadi seseorang yang bijak dan professional di dalam menjalankan setiap peran dalam mengarungi kehidupan ini, karena selain bisa memahami realitas lahir ia juga mampu memahami realitas batin, sehinga ia mampu untuk berinteraksi dangan alam secara harmonis dan serasi, dan itulah yang diajarkan di dalam agama Islam, keharmonisan dan keserasian dengan alam semesta.

Tasawuf adalah bagian dari Syari’at Islam, yakni perwujudan dari ihsan, salah satu dari tiga kerangka ajaran Islam yang lain, yakni iman dan Islam. Oleh karena itu bagaimanapun, perilaku tasawuf harus tetap berada dalam kerangka Syari’at. Maka al-Junaid mengatakan sebagaimana dinukilkan oleh al-Qusyairi , “Kita tidak boleh tergiur terhadap orang yang diberi kekeramatan, sehingga tahu betul konsistensinya terhadap Syari’at”. Tasawuf sebagai manifestasi dari ihsan tadi, merupakan penghayatan seseorang terhadap agamanya, dan berpotensi besar untuk menawarkan pembebasan spiritual, sehingga ia mengajak manusia mengenal dirinya sendiri, dan akhirnya, mengenal Tuhannya.

Lahirnya tasawuf sebagai fenomena ajaran Islam, diawali dari ketidakpuasan terhadap praktik ajaran Islam yang cenderung formalisme dan legalisme serta banyaknya penyimpangan-penyimpangan atas nama hukum agama. Selain itu, tasawuf juga sebagai gerakan moral (kritik) terhadap ketimpangan sosial, moral, dan ekonomi yang ada di dalam umat Islam, khususnya yang dilakukan kalangan penguasa pada waktu itu. Pada saat demikian tampillah beberapa orang tokoh untuk memberikan solusi dengan ajaran tasawufnya. Solusi tasawuf terhadap formalisme dengan spiritualisasi ritual, merupakan pembenahan dan elaborasi tindakan fisik ke dalam tindakan batin. Faktor internal lainnya ialah terjadinya pertikaian politik intern umat Islam yang menyebabkan perang saudara yang dimulai antara Ali bin Abi Thalib dengan Mu’awiyah bermula dari al-fitnah al-kubra yang menimpa khalifah ketiga, Usman bin Affan maka sebagian tokoh agama mengambil jarak dengan kehidupan politik dan sosial.

Saat ini kita berada di tengah-tengah kehidupan masyarakat modern, atau sering pula disebut sebagai masyarakat yang sekuler. Pada umumnya, hubungan antara anggota masyarakatnya atas dasar prinsip-prinsip materialistik. Mereka merasa bebas dan lepas dari kontrol agama dan pandangan dunia metafisis. Dalam masyarakat modern yang cenderung rasionalis, sekuler dan materialis, ternyata tidak menambah kebahagiaan dan ketentraman hidupnya. Berkaitan dengan itu, Sayyid Hosein Nasr menilai bahwa akibat masyarakat modern yang mendewakan ilmu pengetahuan dan teknologi, berada dalam wilayah pinggiran eksistensinya sendiri. Masyarakat yang demikian adalah masyarakat Barat yang telah kehilangan visi keilahian. Hal ini menimbulkan kehampaan spiritual, yang berakibat banyak dijumpai orang yang stress dan gelisah, akibat tidak mempunyai pegangan hidup.

Untuk mengantisipasi hal-hal semacam di atas, maka diperlukan Keterlibatan langsung tasawuf dalam kancah politik dan ekonomi, hal ini dapat kita lihat dalam sejarah Tarekat Sanusiyah di berbagai daerah di Afrika Utara, Dalam kiprahnya, tarekat ini tidak henti-hentinya bekerja dengan pendidikan keruhanian, disiplin tinggi, dan memajukan perniagaan yang menarik orang-orang ke dalam pahamnya. Maka Fazlur Rahman menceritakan bahwa tarekat ini menanamkan disiplin tinggi dan aktif dalam medan pejuangan hidup, baik sosial, politik, dan ekonomi. Pengikutnya dilatih menggunakan senjata dan berekonomi (berdagang dan bertani). Gerakannya pada perjuangan dan pembaharuan, dan programnya lebih berada dalam batasan positivisme moral dan kesejahteraan sosial, tidak “terkungkung” dalam batasan-batasan spiritual keakhiratan. Coraknya lebih purifikasionis dan lebih aktif, memberantas penyelewengan moral, sosial dan keagamaan, maka Fazlur Rahman menamakannya sebagai Neo-Sufisme.

Kebutuhan akan kekuatan ekonomi dan teknologi saat ini sangat diperlukan bagi penunjang keberhasilan umat Islam demi menjaga dan mengangkat martabat umat itu sendiri, kerena sudah banyak terbukti bahwa umat Islam sering dijadikan bulan-bulanan oleh orang-orang kafir karena kelemahan mereka dibidang ekonomi yang akhirnya menjadikan mereka lemah dalam bidang teknologi dan politik, hal ini adalah suatu bahaya yang wajib dihilangkan dan dijauhi oleh orang-orang yang percaya terhadap Allah dan rasulnya, seperti dalam sabda rasul:



IMAM


”tidak boleh membahayakan diri sendiri atau orang lain”

kalau kita perhatikan saat ini bahaya dari terbengkalainya perekonomian sangat membahayakan umat, oleh karena itu pembenahan dalam bidang ekonomi sangat diperlukan sebagai perantara bagi umat untuk memperoleh kedamaian di Dunia dan Akhirat, dalam sebuah kaidah, ulama’ membuat sebuah kaidah di dalam menangapi berbagai perintah Allah demi memperoleh kesempurnaan dalam menjalankanya yang berbunyi: “segala bentuk perantara yang bisa menunjang kesempurnaan suatu kewajiban maka hukumnya menjadi wajib”.

Dari serangkaian paparan di atas kiranya kita bisa mengetahui bahwa perkembangan tasawuf mulai dari awal munculnya sampai pada saat ini memang dituntut untuk mengalami berbagai bentuk perubahan yang di sesuaikan dengan keadaan dan pola kebiasaan dari suatu Masyarakat, karana tasawuf ibarat makanan yang disuguhkan oleh para mursyid kepada suatu masa atau masyarakat yang berbeda-beda di setiap tempat dan waktu dan membutuhkan keahlian dan racikan yang berbeda pula, tetapi perubahan bentuk itu hanya sebatas pada bentuk luarnya saja, secara garis besar konsep dasar yang ada dalam tasawuf hanyalah satu, yaitu keyakinan, ketundukan, kepatuhan, pendekatan terhadap serta menjahui hal-hal yang bisa menganggu ibadah kepada Allah yang satu.

Tasawuf Modern

Selama ini, kebanyakan kita memahami tasawuf hanya sebagai sarana pendekatan diri manusia kepada Allah SWT melalui taubat, zikir, iklhas, zuhud, dll. Tasawuf lebih dicari orang dan ditujukan untuk sekedar mencari ketenangan, ketentraman dan kebahagian sejati manusia, di tengah pergulatan kehidupan duniawi yang tak tentu arah ini.Tasawuf menjadi sangat penting, karena bisa menjadi fundasi dasar bagi setiap upaya amal untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, bagi setiap pencari kebenaran dan kesempurnaan diri dan kehidupannya.
Tasawuf sebagai salah satu pilar utama dalam Islam, harus dapat menyesuaikan di dunia modern ini karena kebanyakan manusia didominasi oleh hegemoni paradigma ilmu pengetahuan positivistic-empirisme dan budaya Barat yang materialistik-sekularistik.

Dominasi ilmu pengetahuan dan budaya Barat materialisme-sekularisme ini terbukti pada akhirnya lebih bersifat destruktif ketimbang konstruktif bagi kemanusiaan – sebagaimana juga sudah sering dikritisi oleh beberapa sarjana Barat sendiri akhir-akhir ini (misalnya Anthony Giddens & Fritjof Capra). Tentu para cendikiawan Muslim lebih banyak yang mengkritisi paradigma budaya Barat.

Bila hal tersebut dibenturkan dengan agama,akan ditemukan masalah yang akut.Filsafat pengetahuan Barat hanya menganggap absah (valid) ilmu pengetahuan yang semata-mata bersifat induktif-empiris, rational-deduktif dan pragmatis, serta menafikan atau menolak ilmu pengetahuan non-empiris & non-positivisme, yaitu ilmu pengetahuan yang bersumber dari wahyu ketuhanan (divine knowledge dan, atau Kitab Suci Allah SWT).

Paradigma materialistic-mekanistik yang berdasarkan metode Cartesian dan Newtonian (hipotesis deduktif-eksperimental-induktif) telah menyebabkan reduksi atas kenyataan hanya menjadi sekedar fakta-fakta materialisme-reduksionistik. Paradigma ini menyebar dan mempengaruhi berbagai cabang disiplin ilmu-ilmu lainnya, sehingga kehidupan, bahkan kesadaran manusia, direduksi hanya menjadi gerak-gerak material belaka. Misalnya, Adam Smith dalam bidang ekonomi berbicara tentang prinsip ‘mekanisme pasar’; Charles Darwin dalam Biologi berbicara tentang ‘mekanisme evolusi’, dan Sigmund Freud dalam psikologi berbicara tentang ‘mekanisme pertahanan diri/psikis’. Paradigma mekanistik-materialistik telah mendepak Tuhan dari wacana keilmuan dan mempromosikan sekularisme.

Armahedi Mahzar mengatakan bahwa, paradigma Cartesian-Newtonian tersebut, walaupun telah sukses meningkatkan kesejahteraan material umat manusia, namun akhirnya menggiring umat manusia ke dalam kubangan krisis multidimensional dalam kehidupannya, seperti penghancuran masal oleh militer akibat penggunaan senjata nuklir, kimia, biologi militer; kerusakan lingkungan hidup oleh polusi, degradasi, exploitation-depletion (eksploitasi sampai habis menipisnya Sumber Daya Alam); fragmentasi sosial yang disebabkan oleh industrialisasi, urbanisasi, fragmentasi & konflik sosial akut, keterasingan psikologis manusia dari hal yang alami, sosial dan tehnikal.

Di sinilah pentingnya tasafuwwuf modern, di mana konsep kebenaran ilmu pengetahuan tidak hanya berdasarkan 3 prinsip: korespondensi, koherensi dan pragmatisme saja, tapi juga yang bersifat spiritual-ilahiyah. Artinya sumber ilmu pengetahuan, selain mungkin didapat melalui akal rasional, dan empiris inderawi (observasi) juga niscaya didapatkan dan diperkuat melalui petunjuk wahyu (kitab suci), pelajaran sejarah, latihan-latihan ruhani, penyaksian dan penyingkapan ruhaniyah. Seperti kata Jalaludin Rumi, seorang sufi agung, kaki rasionalisme semata adalah kaki kayu yang rapuh untuk meraih ilmu pengetahuan dan kebenaran.

Pengertian Tasawwuf (‘Irfan )

Istilah Tashawwuf (Sufisme), berasal dari kata shuf (wol, bulu domba) yang berarti memakai pakaian dari wol yang kasar, sebagai simbol kehidupan yang keras (zuhud/ascetics) yang menjauh dari kenikmatan duniawi. Jadi istilah tasawuf hanyalah symbol metaforis untuk sebuah konsep asketisme (kepertapaan atau kerahiban) dan gnosis (irfan).

Konsep tasawuf mempunyai padanan istilah lain yang maknanya sama yaitu ‘Irfan (gnosis). Istilah Irfan – sebagaimana istilah ma’rifah yang berasal dari akar kata yang sama dalam bahasa Arab – secara literal berarti ilmu pengetahuan. Makna khususnya adalah ilmu pengetahuan tertentu yang diperoleh tidak melalui indera maupun pengalaman (positivisme-empirisme & eksperimentasi), tidak pula melalui rasio atau cerita orang lain, melainkan melalui penyaksian ruhani dan penyingkapan batiniah. Kemudian fakta tersebut digeneralisasikan menjadi suatu proposisi yang bisa menjelaskan makna penyaksian dan penyingkapan tersebut antara lain melalui argumentasi rasional (misalnya dalam filsafat iluminasi (Isyraqiyah). Inilah yang disebut dengan Irfan (teoritis). Dan karena penyaksian dan penyingkapan tersebut dicapai melalui latihan-latihan ruhaniyah (riyadah) khusus dan perilaku perjalanan spiritual tertentu (syair wa suluk) maka yang terakhir ini disebut Irfan ‘Amali (praktik Sufisme/Tashawwuf)..

Sufisme/tashawuf lebih tepat digunakan untuk penyebutan irfan praktis (amali) sedangkan istilah ‘Irfan adalah untuk Irfan teoritis.

Dalam pandangan tasawuf (Irfan) , ilmu adalah salah satu nama Allah (Asma al-Husna), Menurut Nabi SAW, Ilmu adalah cahaya (nur) Alllah. Cahaya Ilahi tersebut hanya akan dapat diserap dan dipantulkan dengan sebaik-baiknya, bila ‘lensa’ dan ‘cermin’ akal & qolbu manusia yang mencari dan menerimanya cukup bening, bersih (suci) dari kotoran-kotoran dan penyakit hati. Dalam al-Qur’an ada sebuah ayat yang bercerita bahwa bila manusia hamba-hamba Tuhan sudah bertaqwa kepada-Nya, maka Dia (Tuhan) akan menjadi tangannya ketika dia (hamba-Nya) bekerja, akan menjadi matanya ketika dia melihat, dan menjadi telinganya ketika dia mendengar (QS. : ). Inilah ayat yang menjadi landasan apa yang disebut dengan ilmu huduri (presensial knowledge) atau ilmu yang dihadirkan secara langsung oleh Tuhan kepada qalbu (hati & akal) manusia tanpa perantaraan konsep ataupun proposisi-prosisi inderawi. Ilmu huduri adalah sejenis ilmu yang dicerap melalui intuisi dan kebeningan hati dan kejernihan akal. Ilmu huduri inilah yang menjadi basis utama yang melengkapi apa yang didapat melalui usaha manusiawi yaitu ilmu raihan (ilmu husuli/aquired knowledge).

Manusia yang mencintai dan dicintai Tuhan akan bersatu, dalam artian manusia tersebut telah menyerap (men-down load) sifat-sifat dan perbuatan Tuhan ke dalam kehidupan pribadinya. Ego pribadinya telah lebur (fana) ke dalam ‘Samudra Ilahiyah’. Yang Ada (Existence) hanyalah Dia Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa. Apa yang tampak dari perilaku dan ucapan serta sikap-sikap hidupnya adalah Tajaliyat al-Ilahi (manifestasi Ketuhanan) atau penampakan sifat-sifat dan kehendak Tuhan. Dia menjadi Khalifatullah fi al-Ardh (wakil/mandataris Tuhan Allah di muka bumi). Inilah yang disebut tentang faham Wahdah al-Wujud menurut Ibn Arabi, atau Al-Salat al-Wujud (Principality of Existence) menurut Mulla Sadra, dalam kitabnya Al-Hikmah al-Muta’aliyah fi Asyfar al Ar’baah al Aqliyah, atau ‘manungaling kawula-Gust’ dalam tradisi Suluk Islam Kejawen (ajaran Syeikh Siti Jenar dan atau Panembahan Panggung, pada masa awal kerajaan Mataram Islam di Jawa ?)

Eksistensi kemanusiaan manusia akan semakin menyempurna bersamaan prosesnya dengan perkembangan dan pertambahan ilmu pengetahuan yang dicerapnya dari Alam semesta dan dari Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Antara terminology ‘alam’, ilmu, dan al-‘Alim (Tuhan Yang Maha Mengetahui segala sesuatu), adalah satu akar kata, yang berunsur huruf ‘alif, lam dan mim. Alam adalah ibarat laboratorium dan buku mega-super ensiklopedia yang mempertunjukan tanda-tanda kebesaran Tuhan dan keluasan Ilmu-Nya (“Akan Aku tunjukkan kepadamu tanda-tanda (kebesaran kekuasaan)-KU, pada ufuk/horizon semesta dan di dalam dirimu, sehingga jelaslah bagimu bahwa Aku adalah kebenaran/ Al-Haq”, QS. : )

Tasawuf atau Irfan sebagai sarana pensucian jiwa dan akal manusia, adalah salah satu pilar utama yang mendampingi rasionalitas untuk meraih kejernihan ilmu pengetahuan, hakikat kebenaran dan kesempurnaaan-kesejahteraaan hidup manusia. Antara aktifitas Fikir dan Zikir harus berjalan seimbang, sinergis, holistic dan integral dalam kehidupan umat manusia secara umum khususnya untuk kaum Muslim, kalau hendak mewujudkan missi suci Ilahiyah menjadi Rahmatan lil ‘Alamin.

Bid`ah kah Tasawwuf

Manusia, seperti disebutkan Ibn Khaldun, memiliki anggota tubuh/panca indra, akal pikiran, dan hati sanubari. Ketiga potensi ini harus bersih, sehat, dan dapat bekerja sama secara harmonis. Untuk menghasilkan kondisi seperti ini, ada tiga bidang ilmu yang berperan penting.

Pertama, fikih, berperan dalam membersihkan dan menyehatkan panca indra dan anggota tubuh. Karenanya, fikih banyak berurusan dengan dimensi lahiriah manusia.
Kedua, filsafat, berperan dalam menggerakkan menyehatkan akal pikiran. Karenanya filsafat banyak berurusan dengan dimensi metafisik.
Ketiga, tasawuf, berperan dalam membersihkan hati sanubari.
Karenanya tasawuf banya berurusan dengan dimensi batin manusia. Dengan demikian, antara fikih, filsafat, dan tasawuf memiliki korelasi yang cukup dekat, yang tidak mungkin dipisahkan lagi antara satu dengan yang lainnya.

Ketiga potensi tersebut dijelaskan oleh Allah dalam Al Qur’an surat Al Mulk ayat 23.

“Katakanlah: Dialah yang menciptakan kamu dan memberikan kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.” (QS. Al Mulk 67:23).

Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai mahluk yang memiliki keterbatasan, tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah swt.

Jika sudut pandang yang digunakan manusia sebgai makhluk yang harus berjuang, tasawuf dapat didefinisikan sebagi upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah swt. Selanjutnya, jika sudut pandang yang digunakan adalah manusia sebagai makhluk yang bertuhan, tasawurf dapat disefinisikan sebagai kesadaran fitrah (ketuhanan) yang dapat mengarahkan jiwa agar tertuju kepada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungakan manusia dengan Tuhan.

Abul Hasan Al Fusyandi, seorang tabi’in yang hidup sezaman dengan Hasab Al Bisri mengatakan, “Pada zaman Rasulullahs saw., tasawuf ada realitasnya, tetapi tidak ada namanya. Dan sekarang, ia hanyalah sekedar nama, tetapi tidak ada realitasnya.”

Pernyataan ulama dari kalangan tabi’in inibisa menjadi acuan bahwa zaman Rasulullah saw. memang tidak dikenal istilah tasawuf, namun ada realitasnya seperti sikap zuhud, qona’ah, taubat, ridha, shabar, dan lain-lain. Nah, sikap-sikap mulia tersebut dirangkum dalam sebuah nama yang sekarang dikenal dengan istilah tasawuf. Jadi, kita tidak perlu mempersoalkan nama, yang penting realitas atau substansinya.

Dalam mengarungi kehidupan, kita harus punya jiwa zuhud, qana’ah, taubat, muraqabatullah, ‘iffah, dan lain-lain. Bila Anda memberi nama untuk sederet istilah itu dengan sebutan Tasawuf, tentu saja boleh dan tidak termasuk bid’ah. Namun, kalau Anda tidak suka dengan istilah Tasawuf dengan alasan istilah tersebut tidak digunakan pada zaman Rasulullah saw., pakai saja istilah lain seperti ilmu zuhud misalnya (istilah yang digunakan Imam Ahmad). Yang pasti, materi yang dibahas dalam ilmu zuhud dan ilmu tasawuf substansinya sama, yang berbeda hanyalah masalah nama. Apalah arti sebuah nama, yang penting substansinya! Jadi, inti dari tasawuf adalah usaha pensucian jiwa dengan amaliah-amaliah yang shaleh yang sesuai dengan sunah Rasulullah saw. Prof. Hamka (alm) menyebutnya dengan istilah Tasawuf Modern. Namun demikian, kita pun perlu membuka mata bahwa memang ada juga ajaran tasawuf yang menyimpang dari sunah Rasulullah saw. Inilah yang disebut dengan tasawuf yang bid’ah. Sementara usaha pensucian hati yan gmengikuti sunah Rasulullah saw. sama sekali tidak bid’ah.

Kesimpulannya, pada zaman Rasulullah saw. tidak ada istilah tasawuf, yang ada adalah realitas atau substansinya seperti zuhud, qana’ah, ridha. ‘iffah, dan lain-lain. Kita dibenarkan untuk mempelajari dan mengamalkan tasawuf yang mengikuti sunah Rasulullah saw. dan haram mempelajari serta mengamalkan tasawuf yang tidak sesuai dengan sunah Rasulullah saw. (tasawuf yang bid’ah). Jadi, kita tidak bisa men-generalisasi bahwa semua tasawuf itu bid’ah. Sungguh bijak bila kita dapat menempatkan segala sesuatu secara proporsional. Wallahu a’lam.