Jumat, 10 September 2010

Amalan Yang Sia-sia

Bismillaahirrohmaanirrohiim,Harus kita akui bahwa kita ini hanya pandai menjalankan ibadah tapi sekali-kali tidak pernah mau ambil perduli terhadap kwalitas ibadah kita.Apakah sudah diterima Allah ataukah tertolak dan dianggap sia-sia.Justru yang paling kita perhatikan adalah mengusahakan semaksimal mungkin hasil yang optimal dari pekerjaan atau karya-karya kita.Karena pekerjaan atau hasil karya yang tidak maksimal dan tidak berkwalitas, jelas tidak akan dibeli orang atau tidak akan dihargai orang lain.Dari sini saja sudah sangat jelas bahwa keimanan kita terhadap hari akhirat (rukun Iman ke 5), masih kalah dengan keyakinan kita kepada dunia.Oleh sebab itu sangat pantas jika setelah mengerjakan sholat atau ibadah ritual lainnya, kita tidak merasakan hasil apapun.Jika tidak membawa manfaat atau tidak merubah sikap kita menjadi lebih baik, maka inilah tanda-tanda amal perbuatan yang sia-sia.Rasulullah saw bersabda : “ Jika didepan rumahmu ada sungai yang airnya mengalir jernih lalu kamu mandi didalamnya 5 kali sehari, apakah badanmu masih kotor ? “Para sahabat menjawab : “ Tidak ya Rasul “Nabi saw. melanjutkan : “ Demikian juga dengan sholat “.Jika seseorang mandi lima kali sehari tapi badannya masih kotor, berarti mandinya seperti bebek.Jika seseorang sholat lima kali sehari tapi hatinya masih kotor dan berpenyakit, berarti sholatnya belum memenuhi standar kwalitas yang baik.Sholat adalah pembersih diri (jiwa), bukan pekerjaan yang mengharapkan imbalan.Dengan demikian, sholat harus ditegakkan diatas kehinaan dan kotornya diri dihadapan Kemuliaan dan Kesucian Allah.Jika sholat ditegakkan diatas kebesaran dan kesucian diri, merasa sudah patuh, menyangka sudah mengabdi dsb, maka sholat seperti ini akan membuahkan tuntutan kepada Allah berupa balas jasa, yaitu mengharap rejeki atau balasan pahala dan surga.Diibaratkan seseorang yang merasa mempunyai keahlian dibidang computer.Maka ketika dia diminta bekerja di sebuah perusahaan, pasti dia akan menuntut gaji yang sesuai dengan kemampuannya.Jika tidak sesuai, dia pasti menolak. Berbeda dengan orang yang tidak punya keahlian apapun selain hanya mengandalkan kekuatannya, maka gaji dengan standar terendahpun dia mau.Nah, contoh seperti ini memang wajar dan sangat layak.Tetapi yang sangat tidak wajar adalah meminta (menuntut) balasan surga atas ketaatannya dalam memenuhi Seruan Allah.Padahal dia tidak mempunyai keahlian dalam hal ketaatan.Kalaupun dia memiliki sikap taat dan patuh, kalaupun dia memiliki kemampuan atau kekuatan dalam menjalankan seruan Allah, semuanya itu adalah ‘Pemberian’ Allah.Karena manusia hakikatnya tidak mempunyai daya dan kemampuan apapun (Laa haula walaquwwata illabillaah).Rasulullah saw. bersabda : “ Kalian tidak akan masuk surga karena amalmu “Para sahabat bertanya : “ Apakah engkau demikian juga wahai Rasul ? “Rasul saw. menjawab : “ Benar, kecuali karena Allah telah memberikan Rahmat Nya kepadaku “.Surga bukan ‘haknya’ orang-orang yang taat, tetapi Hak Nya Allah yang diberikan kepada orang yang taat dan di Kehendaki Nya.Dengan demikian, ketaatan seseorang kepada Tuhannya adalah tanda-tanda orang itu akan masuk surga, bukan sebagai jaminan yang pasti.Hal ini dimaksudkan agar orang-orang yang taat tidak merasa bangga karena amalnya.Apalagi sampai memfonis orang yang tidak taat sebagai ahli neraka.Allah lah yang berhak memfonis dan memutuskan karena Dia ber Sifat Al Hakim.Kita bukalah tuhan yang berhak memutuskan, kita hanyalah sekedar diberi peringatan dan pelajaran bahwa itulah tanda-tanda orang yang akan masuk neraka.Nah jadi, jika sholat ditegakkan diatas kehinaan diri dan banyaknya dosa, maka dia tidak mengharapkan balasan apapun kecuali kemuliaan akhlak dan bersihnya diri dari dosa-dosa.Inilah batas wajar yang diminta seorang abdi yang tidak berdaya kepada Tuhannya.Oleh sebab itu sebagai hamba yang baik, kita tidak cukup hanya sekedar ‘merasa’ banyak dosa, tetapi yang lebih utama adalah mengetahui dan menyadari bahwa kita benar-benar banyak sekali dosanya dihadapan Allah, lalu berusaha untuk membersihkannya.Dengan demikian kita tidak hanya ‘fasih’ mengucap ‘ Istighfar ‘ dimulut saja yang tidak menghasilkan penyesalan sedikitpun, tetapi benar-benar penyesalan yang menyentuh hati.Disinilah ‘maknanya’ ber wudlu’ (bersuci), yaitu membersihkan diri dari najis atau kotoran-kotoran yang melekat didalam hati.Nah, jadi sholat tidak hanya sekedar dikerjakan, tetapi harus membuahkan hasil.Jika sholat tidak bisa menjauhkan kita dari perbuatan keji dan munkar, jika sholat masih tidak mampu membersihkan hati kita, ucapan dan perbuatan kita, maka itulah amal perbuatan yang merugi.“ Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?". Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat “ S. Al Kahfi 103-105.Salah satu bahaya yang tidak disadari umat Muslim adalah sudah merasa cukup dengan ibadahnya, sudah merasa cukup dengan sholat yang dikerjakannya.Orang yang sudah merasa cukup dengan ibadahnya, maka dia cenderung berpuas diri dan tidak ada upaya untuk meningkatkan kwalitas ibadahnya.“…sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya…”Amal ibadah yang hanya ‘disangka’ baik, sesungguhnya adalah bisikan-bisikan setan yang memperdaya kita.“ Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka…” S. Al Anfaal 48.Jangan dikira kalau kita sudah sholat, sudah berzakat, sudah berpuasa atau bahkan berhaji maka kita tidak akan digoda setan.Pekerjaannya setan justru menggoda orang-orang yang taat beribadah.Pekerjaannya setan malah memancing emosi orang-orang yang sabar.Sedangkan orang yang tidak taat kepada Allah, mereka adalah pengikut setia setan sehingga setan tidak perlu menggodanya lagi.Jadi amal ibadah yang ikhlas tidak cukup hanya disangka, tidak cukup hanya dikira-kira, tetapi harus dibuktikan kebaikannya melalui hasil yang dapat kita rasakan.Salah satu tanda bukti bahwa amal ibadah itu dikatakan baik adalah : senang menjauhkan diri dari perbuatan yang keji dan munkar, serta dengan senang hati menolong kaum yang lemah, dengan senang hati menerangi sesamanya yang kegelapan.Diibaratkan seperti bulan purnama, maka terangnya bulan itu tidak hanya bermanfaat untuk menerangi dirinya (sang bulan) saja, tapi juga mampu menerangi bumi yang kegelapan.Asalkan belahan bumi yang gelap itu menghadap kepadanya.Tapi bagi belahan bumi yang membelakanginya (ingkar), tetap saja dia dalam kegelapan.Seorang mukmin yang amal ibadahnya ikhlas karena Allah (mukhlis),… terangnya hati, tenangnya jiwa dan lapangnya dada, tidak hanya dia nikmati seorang diri, tetapi amal shalehnya itu memancar keluar sehingga mampu menerangi saudaranya yang kegelapan.Asalkan orang-orang disekitarnya mau percaya kepadanya.Bagi orang-orang yang ingkar kepadanya, tetap saja hatinya gelap karena iri dan dengki.Itulah para ulama’ (terutama ulama’ salaf) dan orang-orang saleh yang tidak menampakkan diri didepan umum.Mereka itulah Al Qur’an (ayat-ayat Allah) yang bisa berjalan.Mereka itulah bulan purnama yang patut kita teladani dan kita mintai fatwa-fatwanya.Mengapa (sebagian dari) mereka tidak menonjolkan diri dimuka umum ?Diantaranya karena mereka takut riya’ yang berbuah pada sikap ujub dan takabur.Rasulullah saw. bersabda : “ Sesungguhnya yang sangat aku takutkan pada kalian semua adalah ‘syrkul asyqor’ (syrik halus) “.Para sahabat bertanya : “ Apa itu ya Rasul “Rasul saw. menjawab : “ Itulah riya’ “.Walaupun para sahabat Nabi saw. adalah pribadi-pribadi yang dapat diandalkan, tetapi selagi masih berpredikat sebagai manusia, tidak ada jaminan bahwa mereka akan bebas dari tipu daya setan yang sangat halus, salah satunya adalah riya’.Secara umum, pengertian riya’ adalah : memamerkan kebaikan kepada orang lain.Apa tujuannya ?Tidak lain adalah untuk mendapat pengakuan dari orang lain atau mengharapkan pujian.Jika seseorang mengharap pengakuan atau pujian dari orang lain atas amal perbuatannya, maka dibalik itu dia menyimpan hasrat yang tersembunyi.Yaitu agar eksistensinya diakui orang lain, agar dipercaya dan dianggap penting, serta agar orang yang mendengarkannya, mau menjadi pengikut setianya.Dengan kata lain, dia mempromosikan diri untuk menjadi orang yang terpercaya atau menjadi penguasa yang menguasai orang-orang yang mendengarkan promosinya.Jika sudah berhasil, akan muncul sikap bangga diri (ujub), yaitu kesombongan yang halus. Tanpa sadar orang-orang seperti ini telah meng-klaim dirinya sebagaimana Sifat-Sifat Nya Allah Yang Maha Besar dan Maha Kuasa.Inilah cirri khas manusia yang ingin dianggap besar dan penting serta ingin dihormati oleh orang lain.Sangat berbeda dengan orang-orang mukmin sejati yang menganggap dirinya hina dan tidak berarti apa-apa tanpa adanya daya dan kemampuan dari Allah.Sebagaimana bulan purnama yang tidak mampu bersinar terang tanpa adanya pancaran sinar matahari.Pada hakikatnya yang bersinar adalah matahari.Bulan hanyalah sekedar memantulkan cahaya matahari.Pada hakikatnya yang memiliki Sifat-Sifat Kebaikan hanyalah Allah, manusia hanyalah sekedar pantulan cahaya kebaikan dari Allah.“ Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, “ S. An Nahl 30.Yang dimaksud Orang-orang yang berbuat baik adalah orang yang beramal saleh, yaitu orang yang mengetahui dan melanjutkan ‘Kebaikan’ dari Allah untuk kebaikan bersama.Inilah jenis orang-orang yang bersyukur kepada Allah.“ Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir “ S. Al Insaan 3.Yang dimaksud ‘Petunjuk kejalan yang lurus’ adalah termasuk apapun perbuatan baik yang semata-mata hanya ditujukan kepada Allah.Bukan mengharapkan imbalan atau pujian atas kebaikan yang dilakukannya.Dari sini menjadi jelas bahwa apa yang dimaksud “…..Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia….” Adalah orang yang mengakui kebaikan dari Allah sebagai kebaikannya sendiri.Inilah amal yang sia-sia dan “…Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat “.Amal kebaikan apapun, adalah ayat-ayat Tuhan, adalah tanda bukti Kebesaran Tuhan yang dipantulkan melalui manusia, bukan hasil dari usaha manusia itu sendiri.Orang beriman adalah orang yang sangat yakin bahwa kebaikan apapun yang dia lakukan adalah datangnya dari Allah.Bukan karena ikhtiarnya, bukan karena ilmunya.Oleh sebab itu dia sangat malu apabila kebaikannya dipuji orang lain, apalagi sampai mendapat imbalan berupa materi duniawi.Orang awam sangat pandai menyanjung bulan yang bersinar terang padahal sesungguhnya yang bersinar terus menerus adalah matahari.Sinar bulan hanyalah pantulan sinar matahari.Mengapa orang hanya pandai menyanjung bulan yang bersinar ?Karena yang terlihat (oleh mata lahir) bersinar pada malam hari adalah bulan, sedangkan matahari tidak menampakkan diri.Orang awam amat pintar memuji dirinya (bangga diri) dan sangat pandai memuji kebaikan seseorang, karena mereka hanya melihat kebaikan dirinya dan kebaikan seseorang itu dari sisi lahiriahnya saja.Tapi hatinya tidak mengetahui siapa Yang berada dibalik itu.Oleh karena itu jangan heran jika mereka dipuji, mereka bangga bukan main.Tapi jika mereka dicaci, mereka melemparkan kesalahan kepada orang lain.Dan jika mereka mendapat kebaikan (rejeki) dari seseorang mereka memuji-muji orang itu setinggi langit.Tapi sebaliknya jika mendapat musibah yang disebabkan oleh kesalahan orang lain, mereka mencaci-maki, menghujat bahkan menuntut balas.Ini berarti, mereka tidak bersyukur atas nikmat dari Allah, dan tidak bersabar atas ujian yang hakikatnya juga datang dari Allah.“ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" S, Al Baqoroh 155-156.Salah satu pengertian bertauhid (meng- Esakan Allah) adalah memahami dan meyakini bahwa Perbuatan (Af ‘al) Nya Allah itu adalah satu, yaitu dalam wujud Kesempurnaan.Hanya saja setelah turun ke alam dunia (alam sebab akibat), maka dia terbagi menjadi dua, yaitu berupa kebaikan dan keburukan, berupa rejeki yang terasa nikmat dan musibah yang terasa menyakitkan.“ Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir “Diumpamakan air hujan yang turun kebumi, ada yang bersyukur atas kedatangannya dan ada pula yang membenci.Para petani padi adalah orang-orang yang sangat senang dengan datangnya hujan.Sebaliknya para petani garam, adalah orang-orang yang sangat tidak menyukainya.Nah, orang yang benar-benar bersyukur, akan memfokuskan perhatiannya kepada Sang Pemberi nikmat, bukan terfokus pada nikmatnya.Karena itu dia tidak meluapkan kegembiraannya seperti orang-orang pada umumnya.Bahkan orang-orang seperti ini amat waspada dan berhati-hati terhadap rejeki dari Allah yang berupa materi duniawi.Karena apabila dia menerimanya dengan senang hati, maka Allah tidak memberinya rejeki ukhrowi (hidayah) sehingga membuat hatinya menjadi susah dan gelisah.Perlu disadari bahwa Allah menciptakan makhluk Nya berpasang-pasangan.Jika Allah menciptakan (memberikan) kegembiraan lahiriah pada seseorang, maka Allah pun menciptakan kesedihan kepada batiniahnya.“ Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan didunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan“ S. Huud 15-16.Orang yang tidak memperoleh keselamatan diakhirat adalah orang yang sewaktu didunia tidak mendapatkan hidayah (petunjuk kejalan yang lurus).Inilah bahayanya jika rejeki duniawi diterima dengan hawanafsu.Maka orang yang menerimanya cenderung membelanjakannya untuk kepuasan nafsunya.Tetapi jika orang menerima rejeki itu dengan hati nurani (qolbu) nya, maka ada dorongan yang kuat untuk membelanjakannya dijalan Allah (berkorban).Memang berkorban itu menyakitkan hati (nafsu), tetapi sesungguhnya dibalik itu dia akan dapat menentramkan qolbu.Jadi yang termasuk sia-sia amalnya adalah orang yang walaupun dia menyembah Allah, tetapi hatinya mengharapkan balasan duniawi karena kecintaannya kepada dunia.“ Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya…..”. Orang yang menghendaki atau mengharapkan dunia, jelas dihatinya ada rasa senang dan kecintaan yang amat besar kepada dunia.Memang tidak dilarang manusia mencintai dunianya, tetapi jika kecintaannya itu melebihi kecintaannya kepada hari akhirat, maka jelas dia lebih mengutamakan dunianya dari pada akhiratnya.Jelas dia lebih mengutamakan jasmaninya dari pada rohaninya.“…..Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana “ S. Al Anfaal 67.Nah, mengapa amal orang-orang seperti ini digolongkan amal yang sia-sia ?Karena lahiriahnya menyembah Allah tetapi hatinya cinta dan berharap selain Allah (dunia).Inilah tanda-tanda sifat munafik.Orang yang jujur dan jika hatinya menyenangi sesuatu, pasti ucapan dan perbuatannya selalu mengarah kepada apa yang disenanginya.Tetapi orang munafik, dia menyembunyikan apa yang terkandung didalam hatinya lalu dibungkus dengan ucapan yang menarik hati atau amal perbuatan yang baik.“ Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali “ S. An Nisaa’ 142.Sifat dan perbuatan munafik, timbul dari keinginan hati terhadap hal-hal yang bersifat menyenangkan, yang enak-enak, yang mudah-mudah, ingin dipuji dsb.Orang yang selalu ingin dipuji, dia akan lari dari tanggung jawab atas kesalahan yang diperbuat nya, atau membuat dalih dan alasan-alasan (mencari kambing hitam).Mengapa demikian ?Karena dia tidak ingin disalahkan dan selalu ingin pujian.Nah, orang yang selalu ingin pujian dari makhluk, maka dia tidak mendapatkan pujian dan kemuliaan dari Allah.Inilah orang-orang yang menginginkan kebesaran diri didunia, tetapi sesungguhnya dia akan mendapatkan kehinaan diakhirat.Dan inilah orang-orang yang tampak besar dan mulia penampilan lahiriah dan ucapan-ucapannya, sedangkan batiniahnya kerdil dan penuh dengan kotoran.Wallahu ‘alam bishowaab.

0 komentar: