Senin, 22 Februari 2010

Jangan Remehkan Barang Bekas!


Ista’in / 44 Th-Pengusaha
Kata-kata ini seharusnya menjadi perhatian kita semua ditengah Global Warming yang sudah sampai pada titik nadir mengkhawatirkan masyarakat dunia. Tak ada salahnya botol selai bekas, Anda manfaatkan untuk

dijadikan tempat pensil warna atau tempat tasbih setelah diberi hiasan pada badan atau tutup botolnya dengan warna dan gambar yang Anda sukai.

Banyak hal yang tanpa disadari bahwa barang (sampah) bekas ternyata dapat lebih praktis, ekonomis, sehat dan menyenangkan.
Ista’in memiliki pengalaman lain dari majalah bekas. Seusai salat Jum’at, ia tadinya tidak peduli dengan majalah Cahaya Sufi bekas yang di jajakan seorang pedagang buku di halaman Masjid di bilangan Pulo Gadung Jakarta Timur. Entah apa yang membuatnya kembali lagi untuk mendatangi penjaja buku yang sudah dilewatinya sepanjang lima meter perjalanan.

Ia hampiri lalu ia ambil majalah Cahaya Sufi terbitan tiga tahun lalu. Isinya memuat jawaban persoalan hidup yang saat itu tengah ia hadapi. Apa itu ? Seputar bahwa orang harus menerima fakta-fakta kehidupan; enak-tidak enak; sedikit-banyak; tangis-tawa; menderita-bahagia dan seterusnya dan sebagainya.

Karena majalah bekas itu pula Ista’in melabuhkan jiwanya pada tarekat syadziliyyah dan mulai memahami “bekas” fakta-fakta kehidupan kemarin sejak ia bersekolah dan harus mengayuh becak untuk membiayai kelanjutan sekolahnya, lulus dan bekerja di perusahaan konveksi. Keluar dari konveksi Ista’in nguli di petikemas pelabuhan Tanjung Priouk Jakarta Utara, di PHK, membuka usaha catering lalu bangkrut terkena dampak krisis moneter. Dengan sisa tabungan yang dimiliki, kini Ista’in membuka warung nasi dan melayani jasa jemputan sekolah untuk anak-anak berkebangsaan India di ABC School Jakarta Utara.

Ista’in bersyukur sekali dapat bertarekat ditengah ia menghadapi mati-matian kecamuk kehidupan. “Setelah bertarekat Allah mengurai hikmah dibalik fakta kehidupan masa lalu saya, Mas,” ungkap Ista’in di Masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia beberapa Rabu yang lalu, kepada Cahaya Sufi.

“Dengan memasuki Dunia Sufi saya menjadi faham bahwa kemarin-kemarin ketika menghadapi ujian hidup, dimana selalu terpikir dalam otak saya bagaimana caranya mengakhiri satu masalah, ternyata sikap yang demikian ini salah. Sebenarnya yang Allah nilai adalah pada sikap sabar kita ketika menghadapi ujian itu, bukan pada berakhirnya masalah yang tengah kita hadapi.,” tambah Ista’in datar.

Bagaimana dengan hari ini dan esok ?”Kapan saja, dimana saja, ujian hidup harus disadari dan diyakini sebagai cara Allah untuk mengangkat derajat seseorang dihadapan-Nya. Jika sudah demikian, sebesar apapun ujian, maka tidak ada ujian besar yang disebut besar, maka tidak ada lagi namanya nikmat dan bencana,” jelas Ista’in mengutip icon iklan minuman ringan coca cola.

Apa yang dikatakan Ista’in mengingatkan kita pada untaian hikmah Imam Ibnu ‘Atha’illah As-Sakandari: “Siapa yang tidak suka (sadar) dzikir kepada Allah ketika sehat dan lapang rizki, maka akan dipaksa agar berdzikir ingat kepada Allah dengan tibanya bala bencana. Maka dalam kedua hal itu Allah Swt berkenan menuangkan nikmat kurnia yang sebesar-besarnya kepada hamba-Nya..”

Nah ! Mulai saat ini jangan siakan bekas-bekas langkah masa lalu kehidupan Anda.

0 komentar: