Senin, 22 Februari 2010

Merobohkan Dinding Nafsu


Nurita Mohammed (41 Th) - President Director PT. Oxygen Communications (Branding and Advertising Agency)
Kata hikmah sudah jamak diketahui berkaitan dengan musibah atau apapun yang menimpa seseorang tapi belakangan justru dirasakan membawa berkah tersembunyi dibalik kejadian itu. Nurita Mohammed

beruntung, karena dibalik gonjang-ganjing rumahtangganya ia menemukan blessing indisguise (hikmah tersembunyi); suluk; menjadi penempuh jalan ruhani; dan bertarekat pada Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsabandiyyah Suryalaya Jawa Barat dibawah bimbingan Mursyid Abah Anom. “Sepuluh bulan saya disana (Pon-Pes Suryalaya;red), Mas,” tutur Nurita Mohammed, yang oleh kerabat-kerabat dekatnya dipanggil Itha, mengenang.

Praktis tak ada kegiatan lain selama Itha di Suryalaya selain menjalankan latihan-latihan ruhani seperti yang dikenal dalam Dunia Sufi pada umumnya; proses pengosongan jiwa dari sifat-sifat tercela (takhalli); pengisiannya dengan sifat-sifat terpuji (tahalli); memanifestasikan sifat-sifat Allah dalam kehidupan (tajalli) dengan metode baku ala tarekat Qodariyyah wan Naqsabandiyyah Suryalaya Jawa-Barat.

Sudah menjadi kata sepakat para Ulama Sufi bahwa jiwa yang sudah terdidik akan dapat menguasai fisik. Hasil lainnya adalah Allah bakal menganugerahi pengetahuan yang menggunakan sarana hati atau pengetahuan emosional yang nilainya terletak pada rasa (dzauq) dan out-put nya adalah keyakinan (al-yaqin) yang berbuah syuhud atau kasyf (penyingkapan/vision).

“Ah. Saya merasa betapa setiap kita tak dapat luput dari liputan kekuasaan dan pengetahuan-Nya, Dalam susah, dalam senang saya senantiasa bahagia dan tenang sebab saya yakin ketika Allah hendak menguatkan setiap hamba-Nya dalam menerima sesuatu yang telah Dia tetapkan, Allah akan menyelimuti hamba-Nya itu dengan cahaya Sifat-Nya,” begitu kata Itha ketika ditanyakan pengalaman kali pertama tak lama sesudah ber-suluk dan kembali ke Jakarta. “Nah ini yang tidak bisa di-compar dengan apapun,” tambah Itha yang punya hobi masak dan baca buku ini .

Dalam kondisi seperti ini Itha semakin dapat berinteraksi dengan orang lain dengan lebih baik, open minded, lentur, mudah beradaptasi dan mampu memahami serta dapat merasakan perasaan orang lain. Allah pun memberinya kemudahan dalam urusan pekerjaan.

Kini setelah kurang lebih 15 tahun malang-melintang di berbagai Advertising Agency, Itha menduduki jabatan di beberapa perusahaan yang dirintisnya; President Director PT Oxygen Communications Network (Branding and Advertising Agency), President Director PT O2 Media Network (Media Specialist) dan President Director PT Spirit Communications (Brand and Event Management).
“Alhamdulillah, melalui keberkahan jalan ruhani yang saya titi, Allah menganugerahi saya kemudahan dalam kerja dan karier,” ucap ibu dari Jason Mohammed (18 thn; pelajar tingkat 6th form di George Dixon International Birmingham, United Kingdom), Dhea Mohamed (10 thn; Pelajar Grade 5 Elementary di Edgbaston High School for Girl, Birmingham, United Kingdom) dan Rene’ Mohammed (10 thn; Pelajar TK Dorrington School, Birmingham, United Kingdom), singkat.

Meski terkesan singkat, ucapan perempuan yang bersuamikan warga negara Inggris itu jika dikulik lebih jauh, didalamnya bukan tanpa proses. Itha telah melampaui tahapan meluruhkan dan menyerahkan semua hasrat, harapan, ketakutan dan angan-angan kepada Allah Swt tanpa terkecuali sehingga yang tersisa adalah rasa diri yang hakiki. Pendek kata, ada peperangan yang sudah dilancarkan Itha dengan merobohkan dinding hawa nafsu, egoisme dan godaan syetan yang mengepung dan menyelimuti hatinya. Karenanya terlihat jelas korelasi kuat antara perjalanan ruhani dengan prestasi karier yang sudah diraih Itha sementara ini.

Perlu ditegaskan disini, bahwa jalan ruhani yang dilalui Itha bukan dari jenisnya yang romantic naturalis yang karena telah (di) berhasil (kan) dalam perjuangan abadi untuk menemukan jalan menembus materi, lalu memilih jalan lain dan berusaha untuk merengkuh yang tak terbatas, masuk kedalam diri sendiri dan menciptakan dunia baru. Dunia Sufi yang dimasuki Itha bukan Dunia Sufi yang membawanya pada sikap individualis; merebut cinta dengan tidak peduli pada nasib sesama. Pemahaman tasawuf yang diterimanya bukan tasawuf yang tak melibatkan akal, atau bahkan menyingkirkan. Tidak. Tidak samasekali.
Karena yang demikian itu jelas bukan Jalan Ruhani, jelas bukan Dunia Sufi sebab Jalan Ruhani dan Dunia Sufi yang sesungguhnya adalah membangun peradaban profetika dengan berupaya menghidupkan potensi-potensi spiritual penempuh atau penghuninya, tanpa harus meninggalkan dunia dan meng-asingkan diri dari pergumulan sosial. Sufi sejati senantiasa memegang erat teladan Rasulullah terutama pada peristiwa mi’raj dimana setelah beliau mencapai Sidratul Muntaha dan kemudian bertemu Allah, Kanjeng Nabi Muhammad Saw kembali lagi ke bumi membangun peradaban umat manusia dengan mengajak manusia secara bersama-sama untuk “mengunjungi” Allah.
Pemahaman Jalan Ruhani dan Dunia Sufi demikian inilah yang di implementasikan Itha di perusahaannya ditengah persaingan keras “memenangkan” pertempuran dalam suatu bisnis moderen.

“Saya termasuk pekerja keras; keras dalam memeras keringat; keras dalam menajamkan pisau analisa. Tapi jauh sebelum itu hati sudah bertawakkal dan memohon ridla kepada Allah Swt. Sebelum berangkat bekerja baik untuk menemui karyawan atau pun klien hati sudah saya tawakkalkan lebih awal sambil memohon ridla-Nya,” terang Itha. “Buat saya bukan lagi goal atau tidak goalnya sebuah tender, tapi bagaimana proses pengajuan tender itu berlangsung, diridlai Allah apa tidak, ini yang terpenting. Memiliki uang itu perlu, tapi yang lebih diperlukan lagi adalah bagaimana agar proses mendapatkan uang itu diridlai Allah. Dan yang tak kalah pentingnya lagi bagaimana uang yang sudah didapatkan itu dapat mengalir dijalan yang diridlai Allah,” papar Itha yang juga anggota Kadin dan Iwapi ini.
Itha tidak hanya pandai mengambil hikmah dari setiap peristiwa dan kejadian, ia pun rajin menularkan nilai-nilai sufisme kepada keluarga dan karyawan-karyawannya agar mereka tidak hanya sekedar menjadi sumber daya manusia yang melulu memiliki kemampuan fisik dan akal, lebih dari itu juga hati dan kemauan (ikhlash). Itha juga menanamkan spirit sufisme dimana nilai-nilai, tujuan hidup, dan kesadaran bahwa diri mereka adalah bagian kecil dari sesuatu yang jauh lebih besar sebagai ciptaan Tuhan.

Itha berharap semoga spirit of sufisme yang ditularkannya dapat dijadikan dasar dari pengembangan kepribadian yang sangat menentukan hidup lahir dan batin mereka di tengah dinamika global milenia sebab ia sangat haqqulyaqin kalau Dunia Sufi tak bakal pernah ternafikan dalam sejarah, tak dapat terelakkan di masa sekarang dan mendatang.

Siapapun yang menyimak Itha dengan hati dan fikiran jernih, akan melihat jelas dalam dirinya karikatur sosok sufi kontemporer yang tidak asing berdzikir dan berfikir tentang Tuhan, sekalipun di hotel luxurious dan datang dengan kendaraan yang luxurious pula.

0 komentar: